MARS PASKIBRAKA
PENGIBAR BENDERA PUSAKA
PUTRA-PUTRI TELADAN
DARI SELURUH WILAYAH
REPUBLIK INDONESIA
MENURUT PERINTAH SELALU
PEMBINA DAN PELATIH
DEMI JAYANYA NUSA BANGSA
KITA SELALU BERSIAP
SAAT SENTOSA
TAK BOLEH TERGANGGU
SIANG DAN MALAM
TAK MENGENAL WAKTU
PANAS DAN HUJAN
TAK AKAN JADI RINTANGAN
SEIA SEKATA
SANGGUP BERKORBAN JIWA
SEJARAH PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
Dari Dulu Hingga Kini
Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.
Dari Dulu Hingga Kini
Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.
Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta, Bandung dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
PASKIBRAKA adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara
peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Tingkat Kabupaten
Ciamis. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan melaui berabagai tahapan yang
nantinya untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus di beberapa tingkat
wilayah, provinsi, dan nasional.
Kami menyajikan blog Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Ciamis yang ditujukan bagi semua orang yang ingin mengetahui semua informasi tentang PASKIBRAKA Kabupaten Ciamis.
Pada bloh ini diinformasikan mengenai sejarah pembentukan PASKIBRAKA Indonesia, Purna Paskibraka Indonesia, kegiatan-kegiatan rutin, atribut PASKIBRAKA, tokoh-tokoh PASKIBRAKA, dan lain sebagainya.
Dengan hadirnya bloh ini diharapkan juga dapat mempererat silaturahmi sesama anggota PASKIBRAKA Kabupaten Ciamis maupun dengan rekan-rekan dari Wilayah / Daerah lain yang tentunya cukup banyak dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami menerima saran, kritik, maupun artikel-artikel yang dapat menambah ilmu kita tentang dunia PASKIBRAKA.
SALAM PASKIBRAKA!!!
Kami menyajikan blog Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Ciamis yang ditujukan bagi semua orang yang ingin mengetahui semua informasi tentang PASKIBRAKA Kabupaten Ciamis.
Pada bloh ini diinformasikan mengenai sejarah pembentukan PASKIBRAKA Indonesia, Purna Paskibraka Indonesia, kegiatan-kegiatan rutin, atribut PASKIBRAKA, tokoh-tokoh PASKIBRAKA, dan lain sebagainya.
Dengan hadirnya bloh ini diharapkan juga dapat mempererat silaturahmi sesama anggota PASKIBRAKA Kabupaten Ciamis maupun dengan rekan-rekan dari Wilayah / Daerah lain yang tentunya cukup banyak dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami menerima saran, kritik, maupun artikel-artikel yang dapat menambah ilmu kita tentang dunia PASKIBRAKA.
SALAM PASKIBRAKA!!!
SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH
Bila kita melihat deretan bendera yang dikibarkan dari berpuluh-puluh bangsa di atas tiang, maka terlintas di hati kita bahwa masing-masing warna atau gambar yang terdapat di dalamnya mengandung arti, nilai, dan kepribadian sendiri-sendiri, sesuai dengan riwayat bangsa masing-masing. Demikian pula dengan bendera merah putih bagi Bangsa Indonesia. Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia. 1. Menurut sejarah, Bangsa Indonesia memasuki wilayah Nusantara ketika terjadi perpindahan orang-orang Austronesia sekitar 6000 tahun yang lalu datang ke Indonesia Timur dan Barat melalui tanah Semenanjung dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara penghormatan atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari dianggap sebagai lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna putih. Zaman itu disebut juga zaman Aditya Candra. Aditya berarti matahari dan Candra berarti bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan Nusantara, namun juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra Hindia, dan Pasifik. Sekitar 4000 tahun yang lalu terjadi perpindahan kedua, yaitu masuknya orang Indonesia kuno dari Asia Tenggara dan kemudian berbaur dengan pendatang yang terlebih dahulu masuk ke Nusantara. Perpaduan dan pembauran inilah yang kemudian melahirkan turunan yang sekarang kita kenal sebagai Bangsa Indonesia. Pada Zaman itu ada kepercayaan yang memuliakan zat hidup atau zat kesaktian bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih yang menjiwai segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna merah dan putih. Getah tumbuh-tumbuhan berwarna putih dan getih (dalam Bahasa Jawa/Sunda) berarti darah berwarna merah, yaitu zat yang memberikan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan. Demikian kepercayaan yang terdapat di Kepulauan Austronesia dan Asia Tenggara. 2. Pada permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara mempunyai kepandaian membuat ukiran dan pahatan dari kayu, batu, dan lainnya, yang kemudian ditambah dengan kepandaian mendapat pengaruh dari kebudayaan Dong Song dalam membuat alat-alat dari logam terutama dari perunggu dan besi. Salah satu hasil yang terkenal ialah pembuatan gendering besar dari perunggu yang disebut nekara dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Bali gendering ini disebut Nekara Bulan Pajeng yang disimpan dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan orang menari dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung. Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat kuburan berupa waruga dengan lukisan bendera merah putih berkibar di belakang seorang perwira menunggang kerbau, seperti yang terdapat di kaki Gunung Dompu. Sejak kapan bangsa-bangsa di dunia mulai memakai bendera sebagai identitas bangsanya? Berdasarkan catatan sejarah dapat dikemukakan bahwa awal mula orang menggunakan bendera dimulai dengan memakai lencana atau emblem, kemudian berkembang menjadi tanda untuk kelompok atau satuan dalam bentuk kulit atau kain yang dapat berkibar dan mudah dilihat dari jauh. Berdasarkan penelitian akan hasil-hasil benda kuno ada petunjuk bahwa Bangsa Mesir telah menggunakan bendera pada kapal-kapalnya, yaitu sebagai batas dari satu wilayah yang telah dikuasainya dan dicatat dalam daftar. Demikian juga Bangsa Cina di zaman kaisar Chou tahun 1122 sebelum masehi. Bendera itu terikat pada tongkat dan bagian puncaknya terdapat ukiran atau totem, di bawah totem inilah diikatkan sepotong kain yang merupakan dekorasi. Bentuk semacam itu didapati pada kebudayaan kuno yang terdapat di sekitar Laut Tengah. Hal itu diperkuat juga dengan adanya istilah bendera yang terdapat dalam kitab Injil. Bendera bagi raja tampak sangat jelas, sebab pada puncak tiang terdapat sebuah symbol dari kekuasaan dan penguasaan suatu wilayah taklukannya. Ukiran totem yang terdapat pada puncak atau tiang mempunyai arti magis yang ada hubungnnya dengan dewa-dewa. Sifat pokok bendera terbawa hingga sekarang ini. Pada abad XIX tentara napoleon I dan II juga menggunakan bendera dengan memakai lambang garuda di puncak tiang. Perlu diingat bahwa tidak semua bendera mempunyai arti dan ada hubungannya dengan religi. Bangsa Punisia dan Yunani menggunakan bendera sangat sederhana yaitu untuk kepentingan perang atau menunjukkan kehadiran raja atau opsir, dan juga pejabat tinggi negara. Bendera Yunani umumnya terdiri dari sebuah tiang dengan kayu salib atau lintang yang pada puncaknya terdapat bulatan. Dikenal juga perkataan vaxillum (kain segi empat yang pinggirnya berwarna ungu, merah, atau biru) digantung pada kayu silang di atas tombak atau lembing. Ada lagi yang dinamakan labarum yang merupakan kain sutra bersulam benang emas dan biasanya khusus dipakai untuk Raja Bangsa Inggris menggunakan bendera sejak abad VIII. Sampai abad pertengahan terdapat bendera yang menarik perhatian yaitu bendera “gunfano” yang dipakai Bangsa Germania, terdiri dari kain bergambar lencana pada ujung tombak, dan dari sinilah lahir bendera Prancis yang bernama “fonfano”. Bangsa Viking hampir sama dengan itu, tetapi bergambar naga atau burung, dikibarkan sebagai tanda menang atau kalah dalam suatu pertempuran yang sedang berlangsung. Mengenai lambang-lambang yang menyertai bendera banyak juga corak ragamnya, seperti Bangsa Rumania pernah memakai lambang burung dari logam, dan Jerman kemudian memakai lambang burung garuda, sementara Jerman memakai bendera yang bersulam gambar ular naga. Tata cara pengibaran dan pemasangan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung, kibaran bendera putih sebagai tanda menyerah (dalam peperangan) dan sebagai tanda damai rupanya pada saat itu sudah dikenal dan etika ini sampai sekarang masih digunakan oleh beberapa Negara di dunia. 3. Pada abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru merupakan kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung sampai abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur , dibangun pada tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih sedang berkibar. Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal warna merah dan putih. Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Denikian juga pada tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia. 4. Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih dikenal dengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto. Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik, 12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera pada tahun 1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih, namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme. 5. Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna putih. Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar – pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah – putih, seperti yang dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit warna merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan diagungkan. Salah satu peninggalan Majapahit adalah cincin warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai penghubung antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub turunan Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji tersebut berdasar kain putih dan bertuliskan arab jawa yang digaris atasnya warna merah. Hasil penelitian panitia kepujanggaan Yogyakarta berkesimpulan antara lain nama bendera itu adalah Gula Kelapa . dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna merah artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci. 6. Di Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun hingga sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna, yaitu hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning mewakili golongan alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu baling. Ketiga warna itu sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan Minang pada abad XIV yaitu Raja Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah Bone dan Sopeng dahulu dikenal Woromporang yang berwarna putih disertai dua umbul – umbul di kiri dan kanannya. Bendera tersebut tidak hanya berkibar di daratan, tetapi juga di samudera , di atas tiang armada Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan memakai ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek moyang orang Batak menganggap ulos sebgai lambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang menggunakannya. Dalam aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan monotheisme yang bersifat primitive, bahwa kosmos merupakan kesatuan tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan warna merah dan benua bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna warna ketiga itu banyak kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu hitam sebagai warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif atau hiasannya. Di beberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan yang hampir sama yaitu kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap pakaian kaum wanita. Ada kalanya pemakaian selendang itu ditentukan pemakaiannya pada setiap ada upacara – upacara, dan sebagian besar dari moti-motifnya berwarna merah dan putih. 7. Ketika terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah – tengah pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa - desa yang dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah - putih. Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan Rakyat Indonesia sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra Indonesia yang dipimpin Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura, Diponegoro dan banyak lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan. Pada abad XX perjuangan Bangsa Indonesia makin terarah dan menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan menentang kekuatan asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai menyatu dengan timbulnya gerakan kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai salah satu tonggak sejarah. Kemudian pada tahun 1922 di Yogyakarta berdiri sebuah perguruan nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat. Perguruan itu telah mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar warna hijau yang tercantum dalam salah satu lagu antara lain : Dari Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu Sangatlah Mashur Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan Perguruan Taman Siswa. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka. Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera merah putih yang di tengahnya bergambar banteng. Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan. Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu, karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya kemerdekaan. Semangat persatuan tergambar jelas dalam “Poetoesan Congres Pemoeda – Pemoeda Indonesia” yang berbunyi : Pertama : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH YANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA Kedua : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA YANG SATOE, BANGSA INDONESIA Ketiga : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih tanpa gambar atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Pada saat kongres pemuda berlangsung, suasana merah – putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan panitia kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder atau pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah – putih. Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat nasional dan menunjukkan identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi dan bendera merah – putih. Perlu disadari bahwa Polisi Belanda (PID) termasuk Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik peserta kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu menyebabkan pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu, khawatir pawai bisa berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa. Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merah-putih. Detik-detik yang sangat bersejarah adalah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih. Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang Merah Putih di depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia. Bendera merah-putih mempunyai persamaan dengan bendera Kerajaan Monako, yaitu sebuah Negara kecil di bagian selatan Prancis, tapi masih ada perbedaannya. Bendera Kerajaan Monako di bagian tengah terdapat lambang kerajaan dan ukurannya dengan perbandingan 2,5 : 3, sedangkan bendera merah putih dengan perbandingan 2 : 3 (lebar 2 meter, panjang 3 meter) sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1958. Kerajaan Monako menggunakan bendera bukan sebagai lambang tertinggi karena merupakan sebuah kerajaan, sedangkan bagi Indonesia bendera merah putih merupakan lambang tertinggi. | ||
PROPOSAL PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
PENDAHULUAN
Hakekat
pembinaan generasi muda dalam Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia
adalah usaha untuk menyiapkan kader penerus cita-cita perjuangan bangsa
Indonesia dan manusia pembangunan yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan berjiwa Pancasila sebagai Pandu Ibu Pertiwi.
PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
merupakan salah satu bagian dari generasi muda Indonesia yang selalu
terus menerus membina diri agar memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara, idealisme, patriotisme dan harga diri serta mempunyai wawasan
yang luas, kokoh kepribadiannya, memiliki kesegaran jasmani dan daya
kreasi serta dapat mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu,
keterampilan, semangat kerja keras dan kepeloporan.
Dalam upaya mewujudakan pembinaan tersebut maka Purna Paskibraka membentuk suatu wadah yang diberi nama PURNA PASKIBRAKA INDONESIA.
Dari
uraian di atas dapat memunculkan berbagai pertanyaan tentang apa, siapa
dan bagaimana¨ Purna Paskibraka. Dalam uraian berikut ini akan dikupas
tentang Purna Paskibraka :
- Organisasi Purna Paskibraka bernama PURNA PASKIBRAKA INDONESIA disingkat PPI. PPI berkedudukan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Organisasi ini didirikan tanggal 21 Desember 1989 di Cipayung, Bogor, melalui MUNAS I PPI.
- PPI berasaskan Pancasila dan berdasarkan UUD 1945. Organisasi ini bersifat kekeluargaan dan bukan bagian dari organisasi masyarakat / Orsospol manapun juga serta tidak menjalankan kegiatan politik.
- Tujuan PPI :
Menghimpun dan membina para anggota agar menjadi arga NKRI yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, setia
dan patuh pada NKRI.
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, setia
dan patuh pada NKRI.
Mengamalkan dan mengamankan Pancasila.
Membina watak, kemandirian dan profesionalisme
- Fungsi PPI :
Mendorong dan pemrakarsa pembaharuan dengan menyelenggarakan kegiatan yang kontributif.
Wadah pembinaan dan pengembangan potensi anggota.
- Bagaimana kepengurusan organisasi PPI ?
Kepengurusan dari organisasi PPI ini disusun secara vertical dengan urutan :
- Purna Paskibraka Indonesia Pusat
- Purna Paskibraka Indonesia Propinsi / DT I
- Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten / Kota
Setiap
kepengurusan dipimpin oleh Pengurus PPI yang berada di ibukota untuk
pusat, Pengurus DT I untuk ibukota propinsi dan Pengurus DT II untuk
ibukota kabupaten / kota.
Pelindung,
Penasehat, dan Pembina organisasi disesuaikan dengan struktur
organisasi pemerintahan yang mengurus tentang generasi muda. Misalnya
untuk pelindung kabupaten / kota adalah Bupati / Walikota, Penasehat
adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten / kota, serta
Pembina adalah Kepala Sub Dinas Pemuda dan Olah Raga.
- Bagaimana keanggotan dari PPI ?
Keanggotaan PPI dapat dibedakan menjadi :
- Anggota Biasa
Adalah
pemuda / pelajar yang pernah bertugas sebagai anggota PASKIBRAKA di
tingkat nasional, propinsi, kabupaten / kota pada tanggal 17 Agustus
serta menjalani latihan dalam Gladian Sentra.
- Anggota Luar Biasa
Adalah mereka yang pernah menjadi komandan, pelatih, dan Pembina PASKIBRAKA.
- Anggota Kehormatan
Adalah
mereka yang berjasa, berpartisipasi aktif / nyata kepada PASKIBRAKA dan
Organisasi Purna Paskibraka Indonesia yang ditetapkan melalui
musyawarah.
- Keanggotaan PPI berhenti apabila :
- Yang bersangkutan meninggal dunia atau melanggar peraturan organisasi ( PO ).
- Apabila melanggar PO, pemberhentian dapat dilakukan melalui musyawarah.
- Sebelum dinyatakan diberhentikan, anggota yang bersagkutan diberi kesempatan membela diri.
- Bagaimana penentuan arah kebijakan organisasi ?
Dalam
organisasi ini MUNAS merupakan forum tertinggi untuk menetapkan program
kerja dan kebijakan organisasi. MUNAS diadakan sekali dalam 4 tahun.
Wewenang dari MUNAS antara lain :
- Menetapkan laporan pertanggungjawaban pengurus pusat
- Menetapkan / menyempurnakan AD / ART
- Menetapkan program kerja dan kebijaksanaan organisasi.
- Memilih, mengangkat, dan memberhentikan pengurus pusat PPI.
- Menetapkan keputusan keputusan lain yang dianggap perlu.
Semua
pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat,
bila setelah diupayakan dengan sungguh-sungguh tetapi mufakat tidak
tercapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.
- Apa kode etik dan atribut dari PPI ?
Kode Etik organisasi ini adalah Ikrar Putra Indonesia yang berbunyi :
IKRAR PUTRA INDONESIA
Aku mengaku Putra Indonesia, dan berdasarkan pengakuan itu :
- Aku mengaku, bahwa aku adalah makhluk Tuhan Al Khalik, Yang Maha Esa, dan bersumber pada Nya
- Aku mengaku, bertumpah darah satu, Tanah Air Indonesia
- Aku mengaku, berbangsa satu, bangsa Indonesia
- Aku mengaku, berjiwa satu, jiwa Pancasila
- Aku mengaku, bernegara satu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
- Aku mengaku, bertujuan satu, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, sesuai dengan pembukaan UUD 1945
- Aku mengaku, bercara karya satu perjuangan besar dengan akhlak dan ikhsan menurut ridho Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan
pengakuan-pengakuan ini dan demi kehormatanku aku berjanji akan
bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban untuk mengamalkan semua
pengakuan ini dalam karya hidupku sehari-hari. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa memberkati natku ini dengan Taufik dan Hidayah-Nya serta dengan
Inayat-Nya.
- Atribut PPI berupa :
LAMBANG
Adalah Bunga Teratai yang dilingkari rantai berbentuk bulatan dan segiempat berjumlah 16 pasang.
BENDERA
Berukuran
150 x 90 dengan warna dasar hijau yang di tengah-tengahnya berisi
lambing berwarna emas dengan garis tengah 75 cm, dan tulisan PPI serta
nama daerah masing-masing.
SERAGAM
- Bagaimana cara untuk membubarkan organisasi ini ?
Pembubaran
organisasi hanya dapat dilakukan melalui MUNAS luar biasa yang khusus
diadakan untuk itu (pembubaran). Pembagian harta kekayaan ditetapkan
bersamaan dalam kegiatan MUNAS luar biasa tersebut.
SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PASKIBRAKA
Seorang
ajudan Presiden Republik Indonesia pertama, Mayor (L) Hussein Mutahar
(29 tahun), pada tahun 1946, di Istana Gedung Agung Yogyakarta mendapat
tugas dari Presiden untuk mempersiapkan Upacara Bendera Hari Ulang Tahun
Pertama Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat itu Bapak Hs.Mutahar,
mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa,
sebaiknya pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih (bendera pertama yang
dikibarkan di Pegangsaan Timur 56 sebelum Presiden Soekarno membacakan
teks Proklamasi) dilakukan oleh para pemuda Indonesia yang datang dari
seluruh propinsi.
Karena
saat itu pusat pemerintahan Republik Indonesia terpaksa harus pindah
dari Jakarta ke Yogyakarta, akibat dari aksi teror Belanda, maka tidak
mungkin keinginan mendatangkan para pemuda daerah itu berwujud. Sebagai
gantinya Pak Mutahar memilih 5 (lima) pemuda pelajar putra perwakilan
daerah yang ada di Yogyakarta, terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang
putra (jumlah 5 = simbol Pancasila).
Regu
Pengibar Bendera Pusaka (RUKIBRAKA) dibentuk kembali pada Peringatan
HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1947 dan 1948, yang bertugas di
istana Gedung Agung Yogyakarta, dengan komposisi anggota perwakilan
daerah yang berbeda.
Dua
puluh tahun kemudian, tahun 1966, Pak Hs. Mutahar diangkat menjadi
Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen UDAKA) Dep. P dan K,
dan setahun sesudah itu mendapat tugas dari Presiden Soeharto untuk
mempersiapkan upacara bendera pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia
XXI di Istana Merdeka.
Kesempatan
untuk mewujudkan gagasan 20 tahun yang lalu, yaitu mendatangkan
pemudi/pemuda utusan propinsi terbuka lebar. Tetapi waktu untuk
pemanggilan itu sangat mendesak, perlu diuji coba dulu tata cara
pendidikan/latihan dan penuaian tugas utamanya. Karena itu Pak. Hs.
Mutahar minta bantuan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jakarta untuk
menggunakan para pramuka penegak menjadi anggota Pasukan Pengerek
Bendera Pusaka (PASKERAKA). Pola Pelatihannya menggunakan Latihan Pemuda
"Pandu lbu Indonesia berPancasila".
Baru
setelah uji coba ini dianggap berhasil, tahun 1968 mulai memanggil
pemuda pelajar SMTA dari seluruh Indonesia, setiap Propinsi/Da Ist/DKI
mengirim dua utusan seorang putra dan seorang putri. Hanya 23 dari 25
propinsi yang dapat mengirimkan utusannya. Pasukan yang dibentuk tahun
1968 ini dianggap sebagai Pasukan Pertama, yang terakhir mengibarkan
Bendera Pusaka. Bendera Pusaka yang berusia 23 tahun (dibuat bukan dari
kain yang bagus dan baru, dan dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno serta
pernah diselamatkan oleh Bapak Hs. Mutahar dari kemungkinan perampasan
atas tentara Belanda) sudah dianggap tua untuk dikibarkan, warnanya pun
sudah bukan putih dan merah lagi. Yang dikibarkan oleh PASKIBRAKA 1969
adalah duplikat Pusaka, dan Bendera Pusaka bertugas "mengiring" bendera
yang akan dikibarkan dari tempat Inspektur Upacara (Presiden Republik
Indonesia) ke tiang bendera 17 ini dan pula saat penurunan bendera sore
hari. Mulai tahun 1974 pola latihannya sudah menggunakan Latihan
"Perintis Pemuda".
ITULAH SEMBOYAN KITA